Fences
Gabriel mulai pindah dari rumah Troy, tetapi ia masih tinggal di lingkungan sekitar dan sering terlibat dalam masalah dengan hukum karena perilaku yang aneh.
Selain itu, film ini berhasil meraih keuntungan sebesar 64 juta dolar dengan budget produksi sebesar 24 juta dolar. Akan tetapi sang anak tetap ngotot untuk ingin masuk sebagai pemain Bass Ball di daerah mereka. Apakah Troy sebagai ayah yang baik bisa mewujudkan keinginan anaknya tersebut dan bisa memenuhi semua keinginan dari istrinya maka saksikan movie yang satu ini di bisokop terdekat. Akan tetapi dalam movie Fencesini Troy tidak setuju jika anaknya menjadi pemain Bass Ball karena Troy mengetahui jika untuk menjadi pemain Bass Ball ini akan memperlibatkan suatu ras.
Fences (Film)
Rose sedari awal cenderung tenang, defensif, meneduhkan, sehingga ketika Davis mencurahkan segala daya upaya meledakkan emosi saya pun dibentuk tercekat. Sebuah performa yang menuntut totalitas akting segala sisi, dan Davis lancar melakoninya, melapangkan jalannya memenangkan Oscar. Adaptasi ke dalam media lain sanggup mempunyai kegunaan untuk melaksanakan yang sulit dicapai sumbernya. Ketika panggung teater memisahkan, tak kadang membuat jarak antara penonton dengan penampil, “Fences” menghilangkannya ketika Washington banyak menggunakan shut-up semoga penonton bisa secara terang mengamati, dicengkeram oleh lisan dan ledakan emosi aktor. Mayoritas forged sempat memainkan naskah ini di pertunjukkan tahun 2010 sehingga mereka sama sekali tak canggung mengatasi kalimat-kalimat panjang yang bergulir kencang.
Mereka berdua adalah Troy and Bono , dari sekedar obrolan tentang semangka hingga seorang wanita. Tanpa sadar movie ini terus berlanjut dengan berbagai kisah dan jenis obrolan asyik lainnya, sampai tibalah mereka berdua dirumah Troy. Semakin obrolan berlanjut, semakin kita diajak mempelajari tuturan di atas bukan Roy maksudkan hanya untuk menghangatkan situasi, melainkan ajang unjuk kekuatan, kebesaran sesosok pria sekaligus kepala keluarga dengan kepemimpinan otoriter.
Maka merupakan hal yang wajar bila ketika durasinya berjalan, Fences dipenuhi dengan berbagai dialog yang seolah tanpa henti. Dialognya pun tidak terpungkiri sangat berasa teaternya sehingga saya yang belumlah terlalu sering melahap karya sejenis Fences cukup kesulitan untuk beradaptasi menangkap hujan dialog pada awal durasinya berjalan. Tidak bohong ada beberapa momen saya sedikit terlena untuk menghentikan perjalanan saya menikmati Fences karena faktor kesulitan tadi, namun setelah cukup beradaptasi dengan gaya ceritanya, saya pun tenggelam dengan cerita yang ditawarkan. Troy punya semacam hook yang oke di dalam dirinya dan hal itu Denzel Washington tampilkan dengan baik terutama sebagai dalam posisi sebagai aktor. Cerita Fences terasa composed sejak awal bahkan ketika ia telah berakhir tapi mari kembali ke pertanyaan di awal tadi, di mana posisi movie ini jika dibandingkan dengan film-film “Oscar bait” yang lain?
Apa yang paling aku suka adalah, sama seperti teater, ada banyak ruang luas tak-berpagar yang disediakan naskah untuk pengembangan dan penampilan para tokoh. Drama keluarga yang sangat memilukan dan indah karena tersaji dengan perasaan yang nyata. Ibarat pisau Fences merupakan pisau yang dapat digunakan dengan mudah untuk menguliti seekor ayam tapi ia tidak mampu memotong daging sapi ukuran sangat tebal. Penonton dapat merasakan apa yang movie ini coba gambarkan, sesuatu yang sesungguhnya bukan lagi merupakan hal yang baru karena selalu menjadi senjata potensial di setiap awards seasons, namun berbagai isu dan pesan itu tidak berakhir di posisi tertinggi. Materi yang ia punya seperti tidak memberi kesempatan yang besar bagi Washington untuk mengeksplorasi konflik dari halaman belakang rumah Troy serta di dalam rumah.
Karakternya pun tiba dan pergi mencerminkan bagaimana pemain drama silih berganti keluar-masuk panggung. Soal membangun tensi begitu pula emosi, Washington murni mengandalkan performa pemain drama ketimbang memanipulasi menggunakan musik dramatis di mana scoring Marcelo Zarvos berfungsi mengiringi, melengkapi, mendukung, bukan mencuri fokus.
Demikian pula Denzel Washington yang bergerak dan bicara penuh antisuasme serta energi sehingga penonton bakal terpaku, membisu mengamati. Mykelti Williamson yakni Gabriel, adik Troy dengan gangguan mental akhir cedera kepala ketika Perang Dunia II. Karakter macam ini jamak hadir di teater sebagai “simpleton” sang pemicu gelak tawa. Sayang, penampilan Williamson tereduksi dampaknya sewaktu Washington memposisikan “Fences” demikian serius, melucuti peranan comic aid Gabriel, menjadikannya agak out-of-place.
Fences memang judul yang paling cocok untuk menggambarkan sekelumit kisah yang ada di film ini, kiasan ini mengibaratkan sebuah pagar rumah yang mungkin alat yang bisa melindungimu dari luar tapi juga bisa mengekangmu dari dalam. Dimulai dengan sebuah truk sampah yang sedang melaju keluar dari gerbang, turut dibelakangnya dua orang tukang sampah sedang asyik melakukan obrolan demi obrolan sepanjang jalan.
Film ini berkisah tentang pasangan suami-istri Maxson berseting di rutinitas keluarga kulit hitam di lingkungan kulit hitam yang tidak pernah luput dari salah dan nestapa selama 18 tahun pernikahan. Cory kembali ke rumah, namun ia memberitahu Rose bahwa ia tidak akan menghadiri pemakaman Troy. Troy bercerita pada Jim tentang keinginannya untuk menjadi pemain bisbol berbakat.
Saya juga menyukai lewat konflik Cory dan Troy, Fences mengangkat isu ras yang memang masih cukup kental terjadi pada tahun 1950an. Denzel Washington yang juga terjun dalam memperubah sedikit naskah aslinya tampaknya memang telah begitu mengenal Fences layaknya ia mengenal telapak tangannya sendiri . Tidak ada lagi tampaknya karakter yang tepat memerankan Troy selain dirinya, karena menurut saya Denzel Washington adalah salah satu aktor yang semakin bersinar kala diberikan dialog-dialog yang panjang. Saya selalu betah melihat dirinya bercerita, atau pun ketika melakukan percakapan dengan karakter lainnya.
Fences Review
Rose sedari awal cenderung tenang, defensif, meneduhkan, sehingga saat Davis mencurahkan segala daya upaya meledakkan emosi saya pun dibuat tercekat. Adaptasi ke dalam media lain dapat berguna untuk melakukan yang sulit dicapai sumbernya.